click to enable zoom
loading...
We didn't find any results
open map
View Roadmap Satellite Hybrid Terrain My Location Fullscreen Prev Next
Your search results

Sejarah Jalan Malioboro Yogyakarta

Posted by admin on 19 July, 2022
0

Liburan ke Yogyakarta tidak akan lengkap tanpa mengunjungi Malioboro yang popular. Berlokasi di antara Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Tugu Pal Putih, jalanan Malioboro menjadi surga oleh-oleh, belanja serta wisata kuliner. Pada malam hari sepanjang jalan Malioboro akan lebih padat dan ramai lagi karena banyak seniman yang mengekspresikan kemampuannya seperti musik, pantomim, melukis dan lainnya. Jalur pedestrian yang dilengkapi dengan beberapa tempat duduk disiapkan Pemerintah Kota Yogyakarta, agar wisatawan dalam negeri maupun mancanegara lebih nyaman dan menikmati suasana Malioboro.

Kawasan Malioboro selalu padat dikunjungi wisatawan, meski tidak berbelanja, Malioboro memang sangat apik ditangkap menggunakan kamera. Mulai tahun 2019 diterapkan aturan baru bahwa setiap selasa wage kawasan Malioboro bebas dari kendaraan bermotor kecuali kendaraan umum trans jogja serta kendaraan pelayanan masyarakat seperti truk pengangkut sampah, ambulans, dan mobil pemadam kebakaran. Selain bebas kendaraan bermotor, PKL yang ada di Malioboro juga tutup. Dengan adanya aturan baru ini, banyak kegiatan diselenggarakan setiap Selasa Wage di kawasan Malioboro. Hal ini membuat Malioboro tetap padat didatangi wisatawan.

Selain berada di jantung kota, Malioboro menjadi cukup dikenal karena cerita sejarah yang menyertainya. Keberadaan Malioboro sering pula dikaitkan dengan tiga tempat sakral di Yogya yakni Gunung Merapi, Kraton dan Pantai Selatan. Asal nama jalan Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang berarti karangan bunga. Kata Malioboro juga berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama Marlborough yang pernah tinggal disana pada tahun 1811 – 1816 M. Pendirian jalan malioboro bertepatan dengan pendirian Kraton Yogyakarta.

Awalnya Jalan Malioboro ditata sebagai sumbu imaginer antara Pantai Selatan (Pantai Parangkusumo) – Kraton Yogya – Gunung Merapi. Malioboro mulai ramai pada era kolonial 1790 saat pemerintah Belanda membangun benteng Vredeburg pada tahun 1790 di ujung selatan jalan ini. Selain membangun benteng, Belanda juga membangun Dutch Club tahun 1822, The Dutch Governor\\’s Residence tahun 1830, Java Bank dan Kantor Pos tak lama setelahnya. Setelah itu Malioboro berkembang kian pesat karena perdaganagan antara orang belanda dengan pedagang Tiong Hoa.

Tahun 1887 Jalan Malioboro dibagi menjadi dua dengan didirikannya tempat pemberhentian kereta api yang kini bernama Stasiun Tugu Yogya. Jalan Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di sisi selatan Jalan Malioboro pernah terjadi pertempuran sengit antara pejuang tanah air melawan pasukan kolonial Belanda yang ingin menduduki Yogya. Pertempuran itu kemudian dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 yakni keberhasilan pasukan merah putih menduduki Yogya selama enam jam dan membuktikan kepada dunia bahwa angkatan perang Indonesia tetap ada. Malioboro terus berkembang hingga saat ini. Dengan tetap mempertahankan konsep aslinya dahulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya.

Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY, Pasar Induk Beringharjo hingga Istana Presiden Gedung Agung juga berada di kawasan ini. Pemerintah setempat kini terus melakukan perbaikan untuk menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Awal tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian. Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk mempertahankan ciri khas Malioboro.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Compare Listings

Silahkan klik disini
1
Hallo, silahkan hubungi Kami untuk informasi lebih lanjut